Teheran (ANTARA) – Jurnalis pembangkang Iran Ruhollah Zam, yang dihukum karena mengobarkan kekerasan selama protes anti-pemerintah pada 2017, dieksekusi pada Sabtu (12 Desember), lapor televisi pemerintah Iran.
Prancis bereaksi dengan kemarahan terhadap hukuman gantung wartawan yang berbasis di Paris itu, yang disebutnya “barbar dan tidak dapat diterima” dan mengatakan bertentangan dengan kewajiban internasional Iran.
Iran mengatakan pada hari Selasa bahwa Mahkamah Agungnya telah menguatkan hukuman mati terhadap Zam, yang ditangkap pada 2019 setelah bertahun-tahun tinggal di pengasingan di Prancis.
Umpan Amadnews-nya memiliki lebih dari satu juta pengikut.
TV pemerintah mengatakan Zam, “direktur jaringan kontra-revolusioner Amadnews, digantung pagi ini”.
Kementerian luar negeri Prancis mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Prancis mengutuk sekeras mungkin pelanggaran serius kebebasan berekspresi dan kebebasan pers di Iran. Ini adalah tindakan barbar dan tidak dapat diterima yang bertentangan dengan komitmen internasional negara itu.”
Kelompok advokasi pers Reporters Without Borders (RSF) mengutuk eksekusi tersebut.
“RSF marah atas kejahatan baru peradilan Iran ini dan melihat (Pemimpin Tertinggi Ayatollah) @ali-khamenei sebagai dalang eksekusi ini,” cuit kelompok itu.
Amnesty International mengatakan “terkejut dan ngeri” dengan tindakan Iran.
“Kami menyerukan kepada masyarakat internasional, termasuk negara-negara anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Uni Eropa, untuk mengambil tindakan segera untuk menekan pihak berwenang Iran agar menghentikan meningkatnya penggunaan hukuman mati sebagai senjata penindasan politik,” kata kelompok hak asasi manusia itu dalam sebuah pernyataan.
Putra seorang ulama Syiah pro-reformasi, Zam melarikan diri dari Iran dan diberi suaka di Prancis.
Pada Oktober 2019, Pengawal Revolusi Iran mengatakan telah menjebak Zam dalam “operasi kompleks menggunakan penipuan intelijen”. Tidak disebutkan di mana operasi itu terjadi.