JAKARTA (THE JAKARTA POST/ASIA NEWS NETWORK) – Seorang ibu berusia 30 tahun di Sumatera Utara telah membunuh ketiga anaknya yang masih kecil tampaknya karena dia tidak dapat menanggung beban ekonomi untuk merawat mereka.
Wanita dan suaminya tinggal bersama orang tua mereka, tiga putra mereka yang masih balita dan seorang anak yang lebih tua di Banua Sibohou, kecamatan Namohalu Esiwa, Kabupaten Nias Utara, Indonesia.
Juru bicara Kepolisian Nias, Ajudan-Inspektur Pertama Yansen Hulu, mengatakan insiden itu terjadi pada hari Rabu (9 Desember) ketika kakak laki-laki, ayah dan kakek-nenek korban pergi untuk memilih dalam pemilihan bupati dan wakil bupati Nias Utara.
Wanita dan ketiga anaknya tinggal di rumah.
Setelah kembali dari TPS sekitar pukul 13.30, kakek-nenek dan saudara kandung korban, yang pulang sebelum ayah mereka, menemukan ketiga anak itu tewas dengan leher tergorok, kata Yansen.
Para korban berusia lima, empat dan dua tahun.
“Sang ibu membunuh tiga korban sekaligus, setelah itu pelaku berbaring di samping korban memegang parang,” kata Yansen kepada wartawan, Kamis.
Setelah menemukan anak-anak yang meninggal, katanya, kakak korban memanggil ayahnya, yang bergegas pulang.
Polisi telah menangkap ibu itu dan menyita parang yang diduga digunakan untuk melakukan pembunuhan. Jenazah ketiga korban dibawa ke RSUD Gunungsitoli untuk diautopsi.
“Penyelidikan awal menunjukkan bahwa pelaku membunuh anak-anaknya karena tekanan ekonomi,” kata Yansen.
Irna Minauli, seorang psikolog dari Universitas Medan Area, mengatakan polisi harus segera melakukan pemeriksaan psikologis terhadap terduga pelaku. Dia menduga bahwa wanita itu mengalami depresi pasca-melahirkan.
“Seringkali, orang dengan depresi postpartum akan mengembangkan skizofrenia dan mereka akan mengalami halusinasi dan delusi. Mereka akan mulai mendengar bisikan yang memberitahu mereka untuk mengakhiri hidup diri mereka sendiri atau (orang lain),” katanya.
Survei bulan Juli oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan peningkatan kekerasan terhadap anak di rumah sebagai akibat dari beban berat pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga yang menimpa perempuan selama krisis kesehatan Covid-19.